HADIRKAN INSTRUMEN PENGUKURAN LITERASI DI SEBUAH EKOSISTEM MELALUI “INDEKS EKOSISTEM LITERAT”

Sekolah Literasi Indonesia

Hadirkan Instrumen Pengukuran Literasi di Sebuah Ekosistem Melalui “Indeks Ekosistem Literat”

Penulis: Carla Delvia Lembah,dkk
Editor: Fitriana Mahmuddin

Setelah libur panjang pasca Perayaan Idulfitri 1445, kini Kelas Intensif Penggiat Literasi Indonesia (PELITA) angkatan 4 yang diselenggarakan Sekolah Literasi Indonesia (SLI) telah memasuki pertemuan kelima. Dilaksanakan pada Rabu, 24 April 2024, pukul 13.30 hingga 15.30 WIB secara daring yang diikuti oleh 30 peserta.

Pertemuan rutin ini kali ini sangat memberi inspirasi dan pengetahuan yang menggugah karena mencakup tentang pengukuran tingkat pemahaman seseorang terkait gerakan literasi. Materi yang difasilitasi oleh Muh. Shirli Gumilang adalah “Indeks Ekosistem Literat”. Materi tersebut membahas tentang berbagai alat ukur yang dikembangkan oleh SLI agar pegiat literasi dapat mengukur tingkat literasi dalam sebuah ekosistem.

Pengembangan Literasi tidak hanya dilakukan di lingkup sekolah saja namun berada pada semua ranah, dan hal ini menjadi tulang punggungnya SLI yang mana literasi perlu kita kembangkan pada 3 ranah yaitu Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Ini yang kemudian akan menjadi PR bagi para PELITA setelah mengetahui bahwa literasi itu tidak hanya menjadi tugas dan tanggung jawab warga sekolah.

Sekolah Literasi Indonesia

Pertanyaannya adalah, sejauh ini selama kita menjadi guru, apa yang kemudian sudah pernah kita lakukan di dua ranah yang lainnya yaitu Keluarga dan Masyarakat?, dan kita sebagai seorang guru maka hal itu menjadi PR begitu pun kepada rekan PELITA yang telah memiliki keluarga, bagaimana menciptakan literasi di dalam lingkungan keluarga, begitu pun di lingkup masyarakat.

Untuk menggali pengetahuan peserta, narasumber memberikan pertanyaan pemantik yang jawabannya bisa disampaikan pada kolom chat ataupun bisa disampaikan secara langsung. Ada satu pertantaan yang menarik dan memantik atensi dan respon hampir seluruh peserta, yaitu: “Bagaimana cara kita baik sebagai guru, orang tua atau penggerak di TBM melihat bahwa apa yang sudah kita lakukan itu berhasil?”, dengan sigap salah satu peserta menanggapi, yaitu membuat indikator dan menyiapkan data pengunjung jika memiiki TBM kemudian dianalisis setiap 3 atau 6 bulan sekali, kemudian dirangkum oleh narasumber yaitu pertama membuat indikator untuk menghasikan tujuan kemudian melakukan asesmen lalu mencocokkan hasil dari asesmen dengan tujuan kita.

Narasumber membuka diskusi dengan memperlihatkan instrumen indeks ekosistem literat yang kemudian narasumber juga membuka peluang bagi para pelita untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan indeks ekosisterm literat ini jika terdapat hal yang ingin ditambahkan pada saat digunakan diwilayahnya masing-masing. Sebab tak ada manusia yang sempurna dan inilah yang menjadi cita-cita SLI bahwa dengan senang hati berkolaborasi bersama-sama para peita untuk mengembangkan indeks ekosistem literat ini agar menjadi lebih baik lagi.

Sekolah Literasi Indonesia

Nah, dari Indeks ekosistem literat ini kita ingin melihat bagaimana sebuah wilayah itu memiliki daya literasi secara kolaboratif, terstruktur, terpadu, dan memiiki dampak positif hingga menghasilkan kualitas literasi di wilayah tersebut. Kata kuncinya adalah aktif dalam pengembangan literasi yang kolaboratif dan aktivitasnya itu terstruktur, bukan insindental, bukan tiba-tiba dan juga terpadu, artinya satu sama lain saling terkait dan berdampak positif yang hasil akhirnya membangun manusia yang literat di wilayah tersebut. Hal tersebut menjadi cita-cita dari SLI, dan untuk mewujudkan hal itu akhirnya SLI membuat indeks ekosistem literat di tiga ranah pendidikan yaitu sekolah, keuarga dan masyarakat.

Materi tersebut menjadi tugas para PELITA untuk melakukan pengukuran di wilayahnya pada tiga ranah. Nantinya, pengukuran dilakukan pada satu wilayah yang telah disepakati untuk melakukan pengukuran secara bersama-sama. Selanjutnya, satu wilayah tersebut akan menjadi proyek-proyek para PELITA ke depannya dan indeks ekosistem literat akan dilakukan pengukurannya di awal sehingga akan ada perbandingan pra dan pasca intervensi di wilayah PELITA masing-masing.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

POST LAINNYA

Penulis: Andi Ahmadi Lahir dan hidup di era seperti saat ini, kompetensi yang dibutuhkan[…]