Pendidikan bukan sekadar tentang belajar apa di kelas hari ini. Pada hakikatnya, berbicara tentang pendidikan adalah sedang membicarakan masa depan. Oleh karena itu, proses pendidikan tidak cukup hanya dengan mengajarkan cara menulis dan berhitung, melainkan proses mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi tantangan di masa depan. Tujuan terpenting dari pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik seutuhnya.
Pendidikan adalah jalan panjang membangun negeri dan kunci kemajuannya adalah literasi. Literasi ibarat nadi. Tanpa denyutnya, pendidikan akan kehilangan nyawa. Meskipun secara fisik institusi pendidikan masih ada, tanpa literasi, ia akan kehilangan makna dan fungsi utamanya. Literasi yang dimaksud tentu tidak sebatas kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga kemampuan memperoleh, memahami, dan mengolah informasi menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan.
Sebagai salah satu pilar gerakan literasi, sekolah harus menjadi tempat lahirnya generasi literat. Warga sekolah yang literat hanya akan terwujud manakala sekolah mampu menjadikan literasi sebagai budaya, bukan rutinitas semata. Literasi akan menjadi budaya manakala dilakukan secara terencana, terus menerus, dan melibatkan semua pihak—dari siswa, guru, hingga tenaga kependidikan. Literasi sekolah harus menjadi gerakan bersama yang berakar kuat dalam setiap elemen komunitas pendidikan.
Sebagai ujung tombak pendidikan, guru memiliki peran strategis dalam menghidupkan literasi. Salah satu ciri guru yang literat adalah memiliki semangat untuk mencari tahu dan cinta terhadap pengetahuan. Dengan kata lain, guru literat adalah guru yang pembelajar. Ia tak segan menginvestasikan waktu, tenaga, bahkan biaya pribadi demi meningkatkan kompetensi. Seorang guru pembelajar sadar bahwa jika ia berhenti belajar ia akan tertinggal dan kehilangan relevansi dalam mendidik generasi masa depan.
Selain memiliki semangat dalam meningkatkan kompetensi diri, guru literat juga memiliki semangat untuk berbagi. Setiap guru pasti memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda, yang bisa dibagi kepada guru lainnya. Mulai dari pengalaman mengajar di kelas, pengalaman membuat program sekolah, hingga pengalaman dalam melakukan praktik baik literasi. Berbagi bisa dengan berbagai cara, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bisa melalui pelatihan, melalui kelompok belajar guru (Learning Community), ataupun melalui tulisan. Dengan semangat berbagi, seorang guru tak hanya meningkatkan kecakapan literasi di lingkungan pendidikan, tetapi juga menanam benih perubahan yang berdampak luas.
Pada akhirnya nanti, guru hari ini akan berganti generasi. Beruntunglah bagi guru literat yang dikenang melalui karya-karyanya yang bermanfaat. Karya yang mampu menjadikan pahala terus mengalir, meskipun jasad pemiliknya tak lagi hadir.
Selahat Hari Guru Nasional Tahun 2024!