KREASI LITERASI “FUN READING ACTIVITES” ALA PELITA SLI

Sekolah Literasi Indonesia

Kreasi Literasi “Fun Reading Activities” Ala PELITA SLI

Penulis: Umi Laila Sari
Redaktur: Fitriana M

Kelas intensif Penggerak Literasi Indonesia (PELITA) angkatan 4 kini sudah sampai pada pertemuan ketujuh yang dilaksanakan secara daring pada Kamis, 2 Mei 2024.

Diikuti oleh 30 PELITA perwakilan enam kota/kabupaten seluruh Indonesia. Hadir sebagai pembicara yakni Nurul Aeni dan Darma Yeliza Putra. Keduanya merupakan aktivis literasi sekaligus fasilitator Sekolah Literasi Indonesia.

Di pertemuan yang bertepatan dengan Hardiknas tersebut, para PELITA membahas Fun Reading Activities (FRA) yakni ragam kegiatan yang dirancang secara terstruktur dan menyenangkan untuk mendukung keterampilan membaca bagi siswa.

Sekolah Literasi Indonesia

Pada sesi awal, Nurul menjelaskan tentang empat macam variasi membaca yang dapat diterapkan bagi anak-anak usia PAUD dan SD. Pertama, membaca lantang atau read aloud. Konsep membaca lantang pada tahun-tahun terakhir cukup populer, baik dilakukan oleh guru atau pun orang tua. Pada aktivitas membaca lantang, pembaca memiliki peran penting agar tujuan membaca tercapai dengan baik. Maka perlu ada persiapan sebelum, saat, hingga setelah membaca lantang.

Sekolah Literasi Indonesia

Kedua, membaca bersama yakni membaca bersama-sama dengan guru dan teman-teman. Dari aktivitas ini diharapkan dapat membentuk kebiasaan membaca anak karena memiliki pengalaman menyenangkan ketika membaca buku dengan intonasi yang tepat.

Ketiga, membaca berpasangan. Pada tahap ketiga dalam FRA, anak-anak akan menyesuaikan buku bacaannya sesuai kemampuan baca. Pembimbing (guru atau orang tua) dapat mengajukan pertanyaan pemantik agar anak dapat menceritakan ulang isi buku.

Keempat, membaca mandiri dengan cara masing-masing anak memilih buku yang disukainya dan membaca secara mandiri. Pada tahap ini, anak sudah mulai bisa menjalani kebiasaan membacanya sendiri.

Keempat variasi membaca tersebut akan lebih maksimal bila dilakukan secara terprogram di lingkup sekolah atau rumah.

Sekolah Literasi Indonesia

Pada sesi selanjutnya, giliran pak Darma yang mengulas FRA untuk anak usia SMP dan SMA. Berbeda dengan FRA untuk anak PAUD dan SD, FRA untuk remaja jauh lebih banyak faktor yang harus diperhatikan. Karena, sebagaimana dimaklumi, remaja telah memiliki dunianya sendiri yang khas.

Maka, tantangannya adalah bagaimana menjadikan membaca lebih menyenangkan remaja dibanding begitu banyak pilihan aktivitas di luar sana. Pertama, membaca cepat yakni aktivitas membaca dengan waktu yang lebih singkat namun tetap memahami keseluruhan isi buku.

Kedua, membaca kritis berupa memahami isi bacaan yang kemudian memantik berbagai pertanyaan hasil analisa pembaca.

Ketiga, membaca analisis. Setingkat lebih atas, pada tahap ini anak sebagai pembaca sudah berupaya menganalisa buku baik dari segi materi maupun tampilannya.

Keempat, membaca kreatif yang diharapkan dapat merangsang pembaca menggali imajinasi dan memberi tanggapan dari perspektif berbeda.

Selain keempat FRA di atas, pak Darma juga membagikan tips membaca menyenangkan bagi remaja. Diantaranya membaca dengan visualisasi agar lebih melibatkan emosional pembaca. Membaca dengan kelompok diskusi serta membaca dengan akses genre beragam.

Meski pada data survei Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan skor Indonesia masih tergolong rendah yakni membaca di angka 371 sementara rata-rata skor 487. Akan tetapi tidak menyurutkan semangat para penggiat literasi di seluruh Nusantara. Semakin banyak praktik baik literasi yang bermunculan termasuk melalui program PELITA.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

POST LAINNYA