Tahun ajaran 2020/2021 baru saja dimulai. Biasanya para siswa sangat bersemangat masuk sekolah pada tahun ajaran baru, terutama siswa Kelas 1. Namun kali ini berbeda. Pandemi memaksa mereka belajar di rumah bersama orang tua. Karena itulah tahun ini para orang tua harus “sekolah” terlebih dahulu. Pelatihan Story Telling pun kami gelar untuk para wali murid Kelas 1 itu.
Sedih sebenarnya, tapi tetap harus dijalani. Tergambar jelas dalam benakku bagaimana semangatnya para siswa Kelas 1. Mereka masuk sekolah dengan antusias, mengenakan seragam baru, sepatu, tas, serta alat tulis yang serba baru. Namun sayang, tahun ini seragam, tas, dan sepatu baru harus disimpan dulu. Hanya alat tulis yang digunakan karena pembelajaran jarak jauh harus diterapkan. Ruang kelas kosong tak berpenghuni. Suara senda gurau guru dan canda anak tak terdengar. Pembelajaran pun harus berpindah ke ruang virtual.
Proses perpindahan itu harus dipersiapkan sebaik mungkin. Seperti biasa di awal semester kami melaksanakan rapat dinas sekolah. Rapat yang dihadiri oleh seluruh guru itu dipimpin langsung oleh kepala sekolah. “Karena PSBB masih berjalan maka pembelajaran akan dilakukan dengan cara daring,” titah Kepala Sekolah di sela sambutannya, “silakan Bapak-Ibu untuk mengadakan pertemuan dengan wali murid terkait dengan teknik pembelajaran yang akan dilakukan.”
Pertemuan dengan wali murid baru pun dilaksanakan melalui grup Whatsapp masing-masing kelas. Untuk Kelas 1 pertemuan kali ini agak berbeda. Selain untuk membahas kegiatan-kegiatan pembelajaran siswa, juga akan diadakan Pelatihan Story Telling untuk para orang tua. Pelatihan ini akan dibimbing oleh Ibu Nurhida selaku pencetus KOACI (Komunitas Orang Tua Cinta Literasi). Tujuan dari pelatihan ini adalah agar orang tua dapat membacakan buku cerita kepada anaknya dengan benar. Karena masa PSBB maka pelatihan dilaksanakan dalam dua tahap pada hari Jumat dan Sabtu.
Dalam Pelatihan Story Telling ini diperkenalkan adanya perpustakaan dengan buku-buku anak dan orang tua yang bisa dipinjam. Dalam pelatihan ini juga dijelaskan pentingnya membaca bagi anak dan juga orang tua. “Anak yang sering dibacakan buku cerita akan berpengaruh terhadap kecerdasannya, terutama dalam segi bahasa,” jelasku kepada peserta pelatihan yang sebagian besar ibu-ibu itu. “Saya harap Ibu-ibu yang hadir di sini adalah Ibu-ibu zaman now yang tidak hanya sibuk di dapur tapi juga cerdas literasinya,” lanjutku.
Sesi kedua dilanjutkan dengan teknik membacakan buku kepada anak yang disampaikan oleh Ibu Nurhida. “Saat membacakan buku untuk anak, jangan datar ya?! Harus dengan ekspresi!” tegas Bu Nurhida. Selanjutnya ia mencontohkan bagaimana teknik membacakan buku cerita kepada anak dengan ekspresi dan suara yang benar.
Di akhir kegiatan pelatihan, semua wali murid mendapat kartu perpustakan. Mereka dapat meminjam buku di perpustakaan SDN Waringin. “Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini para orang tua akan diminta untuk membacakan buku cerita kepada anaknya dan mendokumentasikannya sebagai laporan,” pungkasku.
Para peserta pun tampak antusias mengikuti pelatihan yang digelar dengan tetap menerapkan protokol kesehatan ini. Mereka pun bersemangat menerapkannya di rumah bersama anak-anak. Hal ini terlihat dari laporan para orang tua yang memuaskan.